okay.. kali ini aku ingin bermelow ria. bukan apa2, hanya ingin mengikuti suasana hati yang kayaknya lagi lembut banget belakangan ini (ups..) oke. Kenapa judulnya "..."?? karena aku tidak tau harus memberinya judul apa. aku hanya merasa belakangan ini hidupku terasa seperti tokoh perempuan yang ada di novel-novel romansa, tentu saja yang dibawah ini ada sedikit bumbu disana sini, namun aku tidak merubah intinya, tapi kuharap kalian bisa menikmati :)
1.
"kau sedang apa?" laki-laki itu menatapku dengan serius, lebih tepatnya menatap tanganku yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu. "Membuat sesuatu yang kau butuhkan" Jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari pekerjaanku, "Hoo?? untukku?" dia kembali bertanya dan meski aku tidak melihatnya, aku yakin dia sedang membelalakkan matanya kepadaku. aku hanya mengangguk, kemudian dia kembali berkata "bagaimana aku berterimakasih padamu?" dia masih menatapku dengan senyum yang tentu saja membuat perempuan menahan nafas, "apa katamu?" aku yakin aku salah dengar, "yaahh.. bagaimana aku berterimakasih padamu?" dia masih tersenyum dan menatapku. aku mendapati diriku berhenti bernafas dan balas menatapnya, namun itu membuatku semakin gugup dan kembali bertanya "maksudnya.." aku tidak sanggup meneruskan kata-kataku, dan dia seakan membaca pikiranku, setelah mendesah berlebihan, dia pun mengulang kata-katanya dengan gerakan yang lebih ekspresif seakan tidak sabar karena aku tak kunjung mengerti, "kau telah membuatkan sesuatu untukku, jadi apa yang bisa aku lakukan untuk berterimakasih padamu?" dia kembali tersenyum setelah menyelesaikan kata-katanya. Entah memang 2 temanku yang lain ikut diam menunggu jawabanku atau aku memang sedang tuli dan hanya bisa mendengar suara laki-laki itu, aku berusaha dengan cepat menemukan suaraku dan segera menjawab "kau bisa mentraktirku lain kali" aku pun segera mengembangkan senyumku dengan konyol setelah mendapati kami berempat tertawa.
2.
aku berjalan menuju arahnya, bukan ke arahnya lebih tepatnya, tapi pada segerombolan teman-temanku. laki-laki itu sedang tiduran di koridor, tangan kirinya dilipat di bawah kepalanya menggantikan bantal. sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikannya hingga salah satu temanku memanggilku "hei!! dia mencarimu" jari telunjuknya menunjuk laki-laki yang sedang rebahan itu dengan senyum lebar yang membuatku tidak nyaman meski aku tidak tahu apa artinya. aku ganti menatap laki-laki itu, lagi-lagi dia tersenyum dan menatapku lalu berkata "pangeranmu menginginkanmu mengambil barang di dalam tasmu" lagi-lagi aku menahan nafas dan menemukan suaraku bertanya padanya "apa kau bilang?", dia mengulangi kata-katanya dengan tetap tersenyum dan menatapku "pangeranmu menginginkanmu mengambil barang yang ada di dalam tasmu" dengan cepat aku menguasai diriku dan segera mengambilkan sesuatu yang dia butuhkan dari dalam tasku. dan aku mencoba berkata dengan ketus "ini yang kau butuhkan, pangeran" namun aku yakin saat itu wajahku memerah.
3.
"kau sedang apa?" aku bertanya padanya yang dari tadi menatapku mengerjakan sesuatu, "Hei! kau dengar aku tidak?" aku mulai mengarahkan pandanganku kepadanya dan dia hanya tersenyum dan terus menatapku. siang itu tidak terlalu panas, tapi tiba-tiba pipiku memanas dan aku yakin wajahku memerah, aku tersipu.
4.
Aku memintanya untuk menemaniku, cukup lama aku menunggu, lalu dia datang. aku murung karena terlalu lama sendirian, "kau kesepian?" dia menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ia tanyakan, aku hanya mengangguk. "kau tidak menghubungi teman-temanmu?" dia bertanya lagi, "tidak" aku menjawabnya singkat, lalu bertanya setelah otakku terbesit sesuatu "kenapa kau menanyakan hal semacam itu padaku?", "agar aku yakin kau benar-benar sendiri" dia mulai tersenyum, "lalu apa sekarang kau yakin?" aku menaikkan alisku, "aku yakin" jawabnya tetap tersenyum, "lalu apa yang akan kau lakukan setelah kau yakin aku benar-benar sendiri?" aku memiringkan kepala. dia mengedarkan pandangannya ke depan dan senyumnya melebar sambil berkata "itu artinya tugasku untuk menemanimu", aku ikut tersenyum, laki-laki itu memiliki senyum yang menular.
5.
Aku selalu bersikap gila saat aku merasa sedih, aku menceritakan semua kepadanya dan aku berkata "aku tidak ingin menemuinya lagi!! sampai dia mencabut semuanya!!" tiba-tiba wajahnya berubah cemas dan bertanya padaku "kau baik-baik saja kan?"
6.
aku menghubunginya dan menceritakan semua keluh kesah yang aku rasakan karena temanku. "aku benar-benar tidak suka dengannya dan tidak akan pernah suka. dia terlalu.. ahh.. apa yang bisa kugambarkan tentang dia. dia itu tidak tahu diri" aku berkata sambil bersungut-sungut jengkel. tiba-tiba dia berkata dengan tenang, aku yakin sambil tersenyum, karena senyumnya terdengar di telingaku "bagaimana kalau temanmu itu dibantu dengan ilmu psikologi?", aku ikut tersenyum, laki-laki itu benar-benar memiliki senyum yang menular. dan akhirnya aku berkata sambil tersenyum "kau benar. itu artinya aku harus membantunya dan aku merasa lebih berguna untuk orang lain". (kau adalah orang pertama yang bisa mngembalikan semangatku dan menjernihkan otakku dengan cepat)
7.
"Hei!! bagaimana kau bisa menebaknya padahal aku belum mengatakan apapun kepadamu. seberapa jauh kau mengenal aku?" Aku bertanya padanya dengan mata terbelalak heran "oh ya??" jawabnya ringan "kau tau, menurutku bukan hal yang susah untuk menebak apa yang terpendam dalam hati seseorang kalau dia memang teman sejatinya. tapi aku tidak merasa sebaik itu" dia tersenyum lalu menambahkan "atau aku memang ada keturunan cenayang?" matanya terbelalak lucu, dan aku pun tertawa.
8.
"Hei!! lihat itu saudaraku!!" dia menunjuk layar yang menyuguhkan film dan sedang menayangkan beberapa paranormal. awalnya aku bingung, lalu tersenyum "oh yaa.. kau cenayang" dia tertawa kecil. dalam hati aku berkata kau memang cenayang, karena selalu berhasil menebak apa yang sedang aku rasakan.
9.
"Kau tidak perlu sedih, kau tau?" dia mencoba menenangkanku. perlahan aku mengangkat wajah dan berkata "kau benar, masih banyak orang yang menyayangiku kan?" aku mengedarkan pandangan bertanya padanya, lalu dia tersenyum dan menjawab "Tentu saja, jangan khawatir"
Menurutku terkadang laki-laki juga perlu membaca novel perempuan agar mereka tau bagaimana cara memperlakukan perempuannya (Aku tidak tau apakah laki-laki yang aku ceritakan di atas suka membaca novel perempuan atau tidak). dan untuk para perempuan, sebaiknya kalian mulai menghargai hal sekecil apapun dari para laki-laki, kalian tidak membutuhkan hadiah besar darinya, tapi lebih membutuhkan hal kecil dan ringan seperti waktu :)
0
komentar
Langganan:
Komentar (Atom)
